Tuesday, November 13, 2012

BIOGRAFI SINGKAT NABI MUHAMMAD SAW


Muhammad bin Abdullah bin Abdul Manaf dilahirkan di kota Makkah. Abdullah, ayahnya meninggal dunia sebelum ia dilahirkan. Ketika ia berusia enam tahun, ibunya tercinta juga harus meninggalkan dunia fana ini.

Akhirnya ia dibesarkan oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib hingga berusia delapan tahun. Setelah Abdul Muthalib meninggal dunia, ia tinggal bersama pamannya, Abu Thalib. Selama tinggal bersama Abu Thalib, perilakunya mendapat perhatian penduduk sekitar, dan tidak lama berselang ia telah mendapat tempat di hati mereka. Berbeda dengan anak-anak sebayanya yang selalu mengurai rambut dan tidak menatanya dengan rapi, ia selalu menata rambutnya dengan rapi dan membersihkan wajahnya layaknya orang dewasa. Ia tidak pernah rakus terhadap makanan. Teman-teman sebayanya --sebagaimana layaknya kebiasaan anak-anak kecil-- selalu makan dengan tergesa-gesa, dan kadang-kadang mereka berebutan makanan. Ia selalu mencukupkan diri dengan sedikit makanan dan menahan diri dari sifat tamak.

Dalam setiap situasi dan kondisi, ia selalu menunjukkan sikap berwibawa.

Setelah bangun dari tidur, kadang-kadang ia pergi ke sumur Zamzam dan minum darinya beberapa teguk. Ketika matahari sudah menginjak tinggi dan ia dipanggil untuk sarapan, ia hanya berkata: "Aku tidak merasa lapar".
Ia tidak pernah mengucapkan lapar atau haus, baik ketika ia masih kecil mau pun sesudah dewasa.
Pamannya, Abu Thalib selalu menidurkannya di sampingnya. Ia pernah berkata: "Aku tidak pernah mendengar kata-kata bohong keluar dari mulutnya dan tidak pernah melihat kelakuan tak layak dan tertawa tidak senonoh darinya".
Ia tidak menyukai alat-alat mainan, selalu menyendiri dan rendah hati.
Pada usia tiga belas tahun, ia menemani Abu Thalib berdagang ke Syam (Syiria sekarang). Dalam perjalanan inilah keagungan jiwa dan sifat amanahnya teruji.

Pada usia dua puluh lima tahun ia menikah dengan Khadijah binti Khuwailid.

Di kalangan masyarakat Makkah, Muhammad SAWW dikenal sebagai orang yang amanah dan jujur. Oleh karena itu, mereka memanggilnya Muhammad Al-Amin (yang terpercaya). Pada usia dua puluh lima tahun ini dengan menempatkan Hajarul Aswad di tempatnya semula dan mencegah terjadinya perang antar kabilah Makkah, ia telah membuktikan keahliannya dalam manajemen, dan dengan ikut serta dalam perjanjian Hilful Fudhul ia telah membuktikan kecintaannya terhadap persatuan insani.

Kesucian, kejujuran, menjauhkan diri dari segala bentuk syirik dan menyembah berhala, tidak peduli dengan gemerlapnya dunia dan selalu merenungkan ciptaan yang maha agung ini adalah poin yang telah membedakannya dari yang lainnya.

Pada usia empat puluh tahun, ia diangkat menjadi nabi dan selama tiga tahun ia berdakwah secara diam-diam di kota Makkah. Setelah masa tiga tahun ini berlalu dan ayat yang berbunyi: "Berilah peringatan kepada keluarga dekatmu" turun, ia mulai melakukan dakwah dengan terang-terangan dan memulai hal itu dari keluarga dekatnya sendiri. Setelah itu, ia menggo-internasionalkan dakwah untuk bertauhid, meninggalkan syirik dan menyembah berhala.
Semenjak itulah para pembesar Quraisy mendeklarasikan penentangan terhadap Rasulullah SAWW dan mulai mengganggu setiap aktivitas dakwahnya.
Selama tiga belas tahun, Rasulullah SAWW menghadapi segala gangguan dan ejekan para pembesar Quraisy dengan tegar dan tidak mundur selangkah pun dari missinya.

Setelah tiga belas tahun berdakwah di Makkah, ia terpaksa harus berhijrah ke Madinah. Pasca hijrah, lahan untuk dakwah Islam tersedia dengan baik meskipun pada periode sepuluh tahun ini musyrikin, munafikin dan kabilah-kabilah Yahudi masih selalu mengganggunya.
Setelah melakukan haji Wada' dan memproklamasikan keimamahan Ali bin Abi Thalib a.s. di Ghadir Khum pada tahun 10 H, ia meninggalkan dunia fana ini pada 28 Shafar 11 H.

0 comments:

Post a Comment

 

N.a.i.n.a.w.a. Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers